Mencintai
sesama Mukmin dan mengikat tali ukhuwah(persaudaraan) merupakan suatu perbuatan
yang amat mulia dan sangat penting. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatakan
persaudaraan sebagai sifat kaum Mukmin dalam kehidupan dunia akhirat, seperti
dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya
orang-orang Mukmin adalah bersaudara”(al-Hujurat 49:10).
Persaudaraan
yang terjalin antara kaum Mukmin merupakan anugrah nikmat yang besar dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karenanya ikatan persaudaraan antara sesama Mukmin merupakan
model persaudaraan yang paling berharga dan hubungan yang paling mulia yang
mungkin terbentuk antara manusia. Persaudaraan antara Mukmin lebih unggul dari
hubungan persaudaraan dengan saudara kandung sendiri, karenah ikatan aqidah
lebih kokoh dari ikatan keturunan. Dalam sebuah hadits dinyatakan bahwa di
antara tujuh golongan yang mendapat perlindungan dari Allah pada hari kiamat,
yang tiada lindungan kecuali lindungan-Nya adalah: “Dua orang yang menjalin
tali cinta karena Allah, mereka bersua
dan berpisah karena-Nya.
Suatu
saat, ‘Abdah bin Abu Lubabah bertemu Mujahid rahimahullah. Tiba-tiba Mujahid
menjabat tangannya, lalu berkata: “Jika dua orang yang saling mencintai karena
Allah berjumpa, lalu salah seorang di antara mereka menjabat tangan dan
tersenyum kepadanya, maka dosa-dosanya berguguran seperti gugurnya dedaunan
dari atas pohon.
Seorang
bijak berkata: “Harta simpanan yang paling berharga adalah sahabat yang setia.”
Ada pula yang berkata: “Sahabat yang selalu siap membantu ibarat lengan dan
bahu.
[kami
berdua laksana satu ruh, yang dibagi untuk dua tubuh. Tubuh kami dua, namun ruh
kami satu]
Al-Kindi
berkata: “Sahabat adalah seorang manusia, dia itu dirimu, hanya saja ia adalah
orang lain.” Orang-orang bijak berkata: “Banyak sahabat yang lebih mencintai
kita daripada saudara kandung sendiri.” Ibnul-Mu’taz berkata: “Karena
permusuhan, seorang kerabat menjadi jauh; karena cinta, orang asing mendekat.
Khalid
bin Shafwan berkata: “Orang yang paling lemah adalah yang enggan mencari
sahabat,dan lebih lemah lagi adalah orang yang meninggalkan kawan yang dekat
dengannya.”
Beberapa
orang bijak berkata: “orang yang tidak suka berkawan, niscaya dimusuhi dan
menderita. Aku bersumpah, kawan-kawan yang jujur adalah simpanan yang paling
berharga dan bekal yang paling utama. Dengan keberadaan sahabat-sahabat yang
jujur, hidup terasa indah; tatkala mendengar kata-kata, bertatap muka, dan
berakrab-akrab bersama mereka. Permasalahan dapat diatasi, beban dan penderitaan
menjadi ringan. Sungguh benar ungkapan Ibnul-Mu’taz: “Siapa yang menjalin
persahabatan, niscaya sahabatnya itu akan menjadi penolong baginya.”
Virus-Virus Ukhuwah
Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam bersabdah:
“seseorang
diantara kamu tidak beriman (dengan sempurna) kecuali setelah mencintai saudaranya
seperti mencintai dirinya.”
Sejauh
mana kadar takwa dan kebaikan yang anda lihat dari saudaramu, sejauh itulah
tulusnya cinta dan persahabatan yang Anda berikan padanya. Sejauh mana tingkat
dzikir, ibadah, peringatan akan akhirat, perhatian terhadap ketaatan kepada
Allah, dan dakwah di jalan-Nya yang memenuhi nuansa persahabatan dan
pertemanan, sejauh itulah eratnya persahabatan dan jalinan cinta yang terjalin
di antara keduanya. Namun jika hubungan persahabatan kering dari makna-makna
zikir, ibadah, saling menasehati, mengingatkan perihal akhirat dan mendorong
semangat dakwah, maka kegersangan ukhuwah akan semakin terasa, lalu menjadi
permainan dan perdebatan sia-sia. Hati bertambah keras dan cepat bosan,
sementara perkataan danperbuatan sia-sia membuka gerbang kerusakan dan
perselisihan. Jika engkau ingin memiliki sahabat-sahabat yang menghargai dan
menghormatimu, hendaklah engkau mulai dengan memperbaiki hubunganmu dengan
Allah.
Di
antara bentuk pelanggaran syari’at yang dapat menghancurkan cinta imani, bahkan
dapat mengakibatkan permusuhan adalah mahabbah
syaitaniyyah (cinta yang didorong oleh nafsu setan). “CINTAILAH SAUDARAMU
DENGAN SESEDERHANA MUNGKIN”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar