Senin, 16 April 2012

Ukhuwah


Mencintai sesama Mukmin dan mengikat tali ukhuwah(persaudaraan) merupakan suatu perbuatan yang amat mulia dan sangat penting. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatakan persaudaraan sebagai sifat kaum Mukmin dalam kehidupan dunia akhirat, seperti dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya orang-orang Mukmin adalah bersaudara”(al-Hujurat 49:10).
Persaudaraan yang terjalin antara kaum Mukmin merupakan anugrah nikmat yang besar dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karenanya ikatan persaudaraan antara sesama Mukmin merupakan model persaudaraan yang paling berharga dan hubungan yang paling mulia yang mungkin terbentuk antara manusia. Persaudaraan antara Mukmin lebih unggul dari hubungan persaudaraan dengan saudara kandung sendiri, karenah ikatan aqidah lebih kokoh dari ikatan keturunan. Dalam sebuah hadits dinyatakan bahwa di antara tujuh golongan yang mendapat perlindungan dari Allah pada hari kiamat, yang tiada lindungan kecuali lindungan-Nya adalah: “Dua orang yang menjalin tali cinta karena Allah,  mereka bersua dan berpisah karena-Nya.
Suatu saat, ‘Abdah bin Abu Lubabah bertemu Mujahid rahimahullah. Tiba-tiba Mujahid menjabat tangannya, lalu berkata: “Jika dua orang yang saling mencintai karena Allah berjumpa, lalu salah seorang di antara mereka menjabat tangan dan tersenyum kepadanya, maka dosa-dosanya berguguran seperti gugurnya dedaunan dari atas pohon.
Seorang bijak berkata: “Harta simpanan yang paling berharga adalah sahabat yang setia.” Ada pula yang berkata: “Sahabat yang selalu siap membantu ibarat lengan dan bahu.
[kami berdua laksana satu ruh, yang dibagi untuk dua tubuh. Tubuh kami dua, namun ruh kami satu]
Al-Kindi berkata: “Sahabat adalah seorang manusia, dia itu dirimu, hanya saja ia adalah orang lain.” Orang-orang bijak berkata: “Banyak sahabat yang lebih mencintai kita daripada saudara kandung sendiri.” Ibnul-Mu’taz berkata: “Karena permusuhan, seorang kerabat menjadi jauh; karena cinta, orang asing mendekat.
Khalid bin Shafwan berkata: “Orang yang paling lemah adalah yang enggan mencari sahabat,dan lebih lemah lagi adalah orang yang meninggalkan kawan yang dekat dengannya.”
Beberapa orang bijak berkata: “orang yang tidak suka berkawan, niscaya dimusuhi dan menderita. Aku bersumpah, kawan-kawan yang jujur adalah simpanan yang paling berharga dan bekal yang paling utama. Dengan keberadaan sahabat-sahabat yang jujur, hidup terasa indah; tatkala mendengar kata-kata, bertatap muka, dan berakrab-akrab bersama mereka. Permasalahan dapat diatasi, beban dan penderitaan menjadi ringan. Sungguh benar ungkapan Ibnul-Mu’taz: “Siapa yang menjalin persahabatan, niscaya sahabatnya itu akan menjadi penolong baginya.”

Virus-Virus Ukhuwah
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabdah:
“seseorang diantara kamu tidak beriman (dengan sempurna) kecuali setelah mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya.”
Sejauh mana kadar takwa dan kebaikan yang anda lihat dari saudaramu, sejauh itulah tulusnya cinta dan persahabatan yang Anda berikan padanya. Sejauh mana tingkat dzikir, ibadah, peringatan akan akhirat, perhatian terhadap ketaatan kepada Allah, dan dakwah di jalan-Nya yang memenuhi nuansa persahabatan dan pertemanan, sejauh itulah eratnya persahabatan dan jalinan cinta yang terjalin di antara keduanya. Namun jika hubungan persahabatan kering dari makna-makna zikir, ibadah, saling menasehati, mengingatkan perihal akhirat dan mendorong semangat dakwah, maka kegersangan ukhuwah akan semakin terasa, lalu menjadi permainan dan perdebatan sia-sia. Hati bertambah keras dan cepat bosan, sementara perkataan danperbuatan sia-sia membuka gerbang kerusakan dan perselisihan. Jika engkau ingin memiliki sahabat-sahabat yang menghargai dan menghormatimu, hendaklah engkau mulai dengan memperbaiki hubunganmu dengan Allah.
Di antara bentuk pelanggaran syari’at yang dapat menghancurkan cinta imani, bahkan dapat mengakibatkan permusuhan adalah mahabbah syaitaniyyah (cinta yang didorong oleh nafsu setan). “CINTAILAH SAUDARAMU DENGAN SESEDERHANA MUNGKIN”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar