Seorang
gadis...
Cantik
akhlaknya, lembut jiwanya, halus pekertinya.
Duduk
terdiam penuh kebimbangan
Ada ketakutan
menyelimuti jiwanya
Ada kekhwatiran
membayangi langkah hidupnya
Ada asa
yang terpendam di lubuk hatinya
Ada rasa
yang membungkus kedalam nuraninya
Saat ini
sang gadis ragu harus bagaimana
Hingga diusia
dewasanya kini
Tak kunjung
tiba jejaka yang melamarnya
Tiada pula
tanda-tanda seorang laki-laki yang meliriknya
Benarkah
jodoh begitu mustahil baginya,..
Sang
gadis menerawangi langit jingga
Ia bertaya
pada langit
Sang gadis:
“Wahai langit,..
Akankah aku bisa seperti Hawa,
menjadi luahan cinta bagi seorang Adam yang kesepian di taman surga?”
Langit: “Hawa terlahir untuk mengisi ruang cinta sang Adam.
Bukankah lahirnya
engkau ke dunia ini untuk mengisi ruang cinta generasinya Adam.”
Sang
gadis: ”Jika begitu, adakah peluang untukku menjadi seperti Hajar yang setia
mendukung perjuangan Ibrahim?”
Langit: ”Tentu! Asalkan kau mau mendidik dirimu untuk setia pada
kebenaran Tuhanmu.”
Sang
gadis: ”Bagaimana bila aku ingin seperti Zulaikha yang tunduk pada rasa khauf
si tampan Yusuf kepada Allah ta’ala.”
Langit:”Wahai sang gadis,..
Kau bisa seperti Zulaikha,
jika engkau berani mengakui kesalahanmu ketika kau melakukan dosa dan bersegera
menuju pintu taubat untuk memasuki istana kesholihan yang hakiki.”
Sang
gadis: ”Jika boleh aku ingin seperti Balqis ratu yang hebat itu.”
Langit: ”Boleh, karena Balqis tidak tunduk pada harta, takhta dan
mahkota yang dia miliki namun Balqis tunduk dan beriman kepada Robb yang
disembah oleh raja Sulaiman.”
Sang
gadis: ”Kalau seperti Bunda Khodijah? Bisakah aku seperti dirinya?”
Langit: ”Sungguh,...kau ingin seperti dirinya?”
Sang gadis:
”Iya! Aku ingin seperti dirinya.”
Langit: “ Milikilah kesabaran yang tak bertepi seperti yang kau
ketahui betapa Khodijah begitu sabar mendampingi Muhammad. Khodijah korbankan
segalanya untuk menyokong perjuangan suci sang suami Rasul mulia. Jika Rasul
kesepian dialah yang menemani, jika Rasul pergi untuk berdakwah dia pula yang
memotivasi, memakaikan untuk Baginda baju putih berseri, mengharumi pakaian
Rasul dengan parfum terbaik. Dan tahukah engkau bagaimana keadaan Rasul ketika
pulang dari berdakwah. Khodijah menatap sedih, wajah suci sang Rasul kini
berlumuran darah, baju putihpun berganti
merah, wangi parfum berubah menjadi bau amis darah. Namun Khodijah tetap tabah
dan yakin untuk selalu mendampingi Baginda hingga jasad terpisah dari raganya.
Nah,..wahai sang gadis cukup seperti itu caramu agar dapat seperti Khodijah.”
Gadis itu
terdiam sejenak, tundukan wajahnya karena malu.
Bulir
mutiara kelembutan rasanya terjatuh melewati pelupuk mata,perlahan dan semakin deras
membasahi pipinya.
Gadis itu
mulai menyadari,..
Ia mulai
mengerti apa yang mesti ia perbuat,..
Kini ia
memahami mengapa Adam, Ibrahim, Yusuf, Sulaiman dan Muhammad yang ia harapkan
belum juga datang,..
Sang
gadis bergumam dalam tangisnya
“KARENA AKU BELUM SESOLEHAH YANG MENDAMPINGI
MEREKA”
#WSP_Hendi Kurniah