Kamis, 11 Juli 2013

SHOLAT (Otak Kiri di Bumi, Otak Kanan Menghadap Tuhan)


       Bagi kaum muslim, belajar  mengoptimalkan otak belah kanan akan sangat bermanfaat. Coba pikirkan mengapa sholat kadang terasa membosankan, susah khusyuk dan hanya sering merasa sebagai kewajiban? Tak ada kerinduan untuk melakukannya. Jauh dari kenikmatan. Kenapa ya? Tahukah anda ternyata kita selama ini terlalu terus mengandalkan dan melatih otak belahan kiri saja,..Cobalah kita lebih berdayakan kemampuan otak kanan.
Bagaimana cara menggunakan kemampuan otak kanan?
Imajinasikanlah kita berhadapan langsung dengan Allah ketika sholat,..bayangkanlah,..kalau Allah itu satu-satunya Tuhan yang patut disembah,..bukan harta,kedudukan atau lainnya,..Ketika sujud, sebagai waktu terbaik untuk berdoa, kita bisa mengimajinasikan berada sendirian menyembah Sang Pengabul Doa.
       Dalam Islam ada konsep ihsan yang hanya bisa dipakai orang yang bisa mengoptimalkan otak kanan. Apa itu ihsan? Beribadahlah seolah-olah kita melihat Allah. Jika belum bisa, bayangkan Allah pasti melihat ibadah kita. Kata membayangkan atau megimajinasikan adalah fungsinya otak kanan.
       Tapi jangan cuma otak kanan, karena tidak akan sukses orang yang tidak seimbang. Menurut Setiyo Purwanto, sholat merupakan penyatuan fungsi dari otak kanan dan otak kiri. Rukun sholat yang tertib dari mulai takbir hingga salam adalah pekerjaannya otak kiri sedangkan melesatnya otak ke langit ketujuh bertemu Allah adalah menggunakan otak kanan.
       Sholat seperti menjadi latihan bagi kaum muslim untuk menyatukan fungsi otak kiri dan kanan kita. Jika serius dan ikhlas mengerjakan sholat 5 kali sehari, maka tentu otak kanan dan kiri perlahan-lahan bisa seimbang. Sekali lagi otak kiri memenuhi Fiqh rukun syahnya sholat, sedangkan otak kanan meluncur ke Allah. Perpaduan ini akan menghasilkan power  luar biasa dalam diri kita.

Rabu, 10 Juli 2013

Ketika Berjilbab Itu Adalah Sebuah Pilihan,.



Pada tahun 2009 aku duduk dibangku kelas XII IPS 2, pada saat inilah aku mulai menggunakan jilbab. Tapi aku menggunakan jilbab hanya pada saat sekolah saja, jika diluar sekolah aku masih menggunakan pakaian yang terbuka. Bagiku saat itu jilbab hanyalah tutup kepala yang bisa dimainkan sesuka hati. Toh saat itu aku merasa memakai jilbab hanya untuk memenuhi janjiku kepada Allah (jika masih juara umum dan juara 1 aku akan berjilbab).
Ada hal yang lebih gila lagi yang aku lakukan terhadap jilbabku. Tahun 2010 saat pengumuman kelulusan, Alhamdulillah aku lulus. Ntah setan apa yang merasuki ku sehingga pada saat aku meluahkan kegembiraanku bersama teman-temanku, aku dengan bangganya melepas jilbab yang ku kenakan di depan semua orang yang berada disekitarku saat itu.
Aku melanjutkan pendidikanku di STKIP PGRI Pontianak. Aku telah membuka jilbabku, entah mengapa aku paling benci yang namanya berjilbab, banyak alasan yang ku utarakan  jika ada orang yang menanyakan mengapa aku tidak berjilbab?. Tanggal 18 Mei 2010 hari dimana aku mendaftar di STKIP, aku menjalani 2 tes yaitu tes tertulisdan tes wawancara. Tes yang paling berkesan adalah tes wawancara karena aku disuruh menggunakan jilbab lagi jika lulus di STKIP .
Kronologi kejadian tes wawancara
Pada hari itu aku menggunakan celana hitam, kemeja putik lengan pendek, dan rambut diikat satu tanpa poni. Namaku dipanggil!
“Esa Rizki pangestika” panggil ibu itu
akupun masuk dengan muka menunduk, dan tetap menjaga kesopananku. Akupun dipersilahkan duduk, aku duduk dengan perasaan yang bercampur aduk antara takut dan gugup.
“benar kamu yang difoto?” tanya ibu itu
“iya bu’, itu saya” jawabku gugup
“kok difoto ini kamu berjilbab, mengapa kamu lepas jilbabnya?”
“itu foto saya saat SMA bu’?”
Akupun mulai dites dengan berbagaimacam pertanyaan, dan sempat diceramahi kurang lebih selama 10 menit. Huft akhirnya selesai juga, akan tetapi sebelum aku beranjak dari tempat dudukku, ibu itu berkata.
“saya ingin, jika kamu lulus kamu harus menggunakan jilbab!”
“iya bu’.” Jawabku spotan
Akupun keluar dari ruangan itu, dan berjalan menuju pulang. Di perjalanan aku terus memikirkan perkataan ibu itu, aku berharap dalam hati semoga ibu itu bukan dosen matematika.
Setelah aku dikatakan lulus, aku mengikuti matrikulasi prodi matematika. Aku terkejut, ternyata ibu yang ku jumpai pada tes wawancara itu dosen matematika, namanya bu Fadilah. Dalam hati aku berkata (tamat riwayatku).
Karena aku telah lulus di STKIP, untuk memenuhi permintaan bu Fadilah, yah terpaksa dibulan ketiga aku kuliah, aku beranikan diri menggunakan jilbab. Tapi hanya pada saat kuliah aja aku pakek jilbab, kalau diluar tetap jilbabnya aku lepas.
Walaupun tingkahlaku dan pakaianku masih kurang baik tapi aku ikut mentoring loh (terpaksa karena WAJIB). Setelah mentoring aku ikut Liqo’,yah itu Cuma ikut-ikutan teman aja.
Tak terasa sudah semester 3, pada semester ini aku dipaksa ikut PDKT 1 disingkawang. Lagi-lagi terpaksa terpaksa terpaksa. Tapi Subhanallah setelah kegiatan itu aku berubah, walaupun masih sering membuka aurat akan tetapi tak separah dulu. Seminggu setelah kegiatan itu aku beranikan diri untuk kontinu menggunakan jilbab setiap hari, tapi sesekali sering juga ku buka,hihihihi.
Pada saat smester 4 aku nekat menggunakan jilbab panjang, aku berdiri didepan cermin. Aku menggunakan jilbab tebal panjang sambil bergumam didalam hati (ya Allah, Jika ini akan menjadi identitasku untuk hari nanti,aku ikhlas ya Allah.Bismillah), tidak bisa menahan perasaan sedih, akhirnya nangis deh. Aku ingin berterimakasih kepada kak Hanny,karena dia selalu membimbingku, dan membantuku dalam perubahan yang ku lakukan.
Semester 5 aku tetap menjaga jilbabku sampailah disemester  6, dan sekarang aku semester 7. Alhamdulillah sekarang aku bersyukur telah bisa menutup auratku dengan benar.