Sabtu, 26 Desember 2015

Kangen Nulis Aja


Assalamu’alaikum, wr.wb.
            MasyaAllah, lama rasanya tak menulis seperti ini. Enah kapan terakhir kali aku menulis. Lupa deh...
Selepas kuliah ku kira hanya fokus kerja aja, tapi Allah berkehendak lain. Aku bergabung di organisasi BIRENA. Sebenarnya Allah tau bah kalau aku itu paling malas ikut kegiatan gitu gitu, dulu di LDK sekarang di BIRENA. Dulu di LDK ada kak Hanny tapi pas kak Hanny ndak aktif di LDK lagi nah aku kabur deh, yah ketawan, he..di LDK dulu aku staf di JMI (Jaringan Media Islam) nah disitu aku belajar ngedit foto, foto yang bagus ku edit jadi alaaaaaayyyyyy buanget. Selain itu aku belajar buat video, walaupun sederhana dak sebagus buatan kak hanny, yah yang penting bisa buat videolah, he..
Dulu kalau udah sama kak hanny pasti di dongengin mulu, tentang ilmu agama, Al-Qur’an pokoknya seputar dunia islam. dan yang paling lucunya tu kalau diajak mabit, nah banyak alasan tu untuk menolaknya, karna aku menghindar dari solat tahajud. Tapi kalau uang saku dah habis, di ajak nginap yah ikut aja.. tapi aku harus mempersiapkan mental untuk solat tahajud. Karna jujur bagiku solat tahajud itu solat yang palinggggggg sulit..
Yah begitulah aku, tapi walupun begitu aku tetap merasa enak saat bersama kak hanny, kak hanny juga paling doyan memberi pencerahan tentang persahabatan. Maklum dulu sering kelai sama sahabat, jadi curhatnya sama kak hanny. Kak hanny dengan penuh kesabaran menasehatiku, sehingga sifatku yang keras dan egois bisa berubah menjadi manusia yang pengertian dan penyayang, ahahaaa, muji diri sendiri deh jadinya,...
Tapi kalau dipikir-pikir selama 5 tahun belakangan ini banyak perubahan yang terjadi padaku, dari yang dulu tomboy abiz sampai-sampai ada bekas luka dimuka gara-gara ditinju cowok, tapi itu dulu. Dan waktu SMA pernah nampar muka dan ngejambak rambut adk kelas, Astagfirullah. Setelah kuliah, pakai jilbab dan ketemu sama kakak LDK yang pakai ijo-ijo seperti kacang ijo tu, masyaAllah berubah 180 derajad. Sekarang dibentak sikit je dah nagis, ahahaaaaa. Dulu dibentak sikit, tangan melayang dengan indah..
Banyak perubahan yang terjadi pada diri ini setelah mengenal Tarbiyah. Rasanya aneh sendiri, apa lagi sekarang Allah memberikan amanah di BIRENA sebagai kabid Kemuslimahan. Endak salah ke tu, or mimpi. Tapi pas ku cubit pipiku kok terasa sakit, berarti bukan mimpi.
Dari hal ini aku belajar bahwa sebenarnya dari dulu Allah memperhatikanku dan Dia memilih waktu yang tepat untuk memanggilku kembali mendekati-Nya. Allah tak pernah meninggalkanku walaupun hanya sekejap. Banyak cobaan saat ingin mendatangi-Nya. Terutama disaat aku harus menahan nafsu yang selalu ingin mendorongku pada hal-hal yang dimurkai Allah, tetapi lagi lagi dan lagi Allah menyelamatkanku. Hingga akhirnya aku capek sendiri. Hehehee..
Sekarang Apapun yang ku lakukan hanya untuk Allah, bahkan cinta dan kasih sayangku ku curahkan sepenuhnya hanya pada-Nya. Semoga Allah selalu mendekapku dalam setiap denyut nadiku, selalu menghujaniku dengan nikmat iman dan ketakwaan.


Minggu, 13 Desember 2015

Cerita Masa Kecil Nabi Muhammad SAW


Saat itu usia Abdul Muttalib sudah hampir mencapai tujuh puluh tahun atau lebih, tatkala waktu itu Abrahah mencoba menyerang Mekah dan menghancurkan Ka’bah. Ketika itu umur anaknya Abdullah sudah dua puluh empat tahun dan sudah masanya untuk menikah. Pilihan Abdul Muttalib jatuh kepada Aminah binti Wahb bin Abdul Manaf bin Zuhrah. Pada hari pernikahan Abdullah dan Aminah itu, Abdul Muttalib juga menikah dengan Halah, putri pamannya. Dari pernikahannya itu lahirlah Hamzah, paman Nabi yang seusia dengannya.
          Tak berapa lama kemudian Abdullah pun pergi dalam suatu usaha perdagangan ke Suria dengan meninggalkan istri yang sedang hamil. Dalam perjalanannya selama beberapa bulan itu Abdullah pergi juga ke Gaza, setelah itu dia singgah ke Madinah dan kembali lagi. Saat Abdullah menuju pulang ke Mekah, dia jatuh sakit di tempat pamannya. Kawan-kawannya pun pulang lebih dulu dan menyampaikan berita sakitnya Abdullah kepada ayahnya setelah mereka sampai di Mekah.
          Setelah Abdul Muttalib mendengar berita tentang sakitnya Abdullah, ia mengutus Haris putra sulungnya untuk membawa Abdullah kembali bila ia sudah sembuh, akan tetapi saat Haris sampai ke Madinah ternyata Abdullah sudah meninggal dan sudah dikubur. Kembalilah Haris kepada keluarganya dengan membawa perasaan pilu atas kematian adiknya itu, rasa duka dan sedih menyayat hati Abdul Muttalib, menyayat hati Aminah, karena ia telah kehilangan seorang suami yang menjadi harapannya.
          Pada tahun 570 M, seperti perempuan lainnya Aminah pun melahirkan. Selesai bersalin dikirimnya berita itu kepada Abdul Muttalib di Ka’bah, bahwa Aminah melahirkan anak laki-laki. Alangkah gembiranya Abdul Muttalib setelah menerima berita itu. Cepat-cepat ia menemui menantunya itu, diangkatnya bayi itu lalu dibawanya ke Ka’bah. Ia diberi nama Muhammad. Nama itu tidak umum dikalangan masyarakat arab, tetapi cukup dikenal. Abdul Muttalib memberi nama bayi tersebut Muhammad agar dia menjadi orang yang terpuji, bagi Tuhan di langit dan bagi makhlukNya di bumi.
          Aminah menunggu akan menyerahkan anaknya itu kepada salah seorang keluarga Sa’d yang akan menyusukan, sebagaimana sudah menjadi kebiasaan bangsawan-bangsawan Arab di Mekkah. Sementara menunggu orang yang akan menyusukan, aminah menyerahkan anaknya kepada Suwaibah. Ia disusukan selama beberapa waktu, seperti Hamzah yang juga kemudian disusukannya. Jadi mereka adalah saudara susuan.
          Akhirnya datang juga perempuan-perempuan keluarga Sa’d yang akan menyusukan ke Mekah. Mereka memang akan mencari bayi yang akan mereka susukan akan tetapi mereka menghindari anak yatim karena mereka mengharapkan balasan jasa dari ayah si bayi yang mereka susukan. Oleh karena itu di antara mereka tidak ada yang mau mendatangi Muhammad. Akan tetapi Halimatu Sa’diah yang awalnya menolak, akan tetapi ternyata dia mendapatkan bayi lain sebagai gantinya, disamping itu dia juga seorang yang kurang mampu, ibu-ibu lain tidak menghiraukannya Betapa sedihnya Halimatu Sa’diah dan ia berkata kepada suaminya “ tidak senang aku pulang dengan teman-temanku tanpa membawa bayi. Biarlah aku pergi kepada anak yatim itu dan akan kubawa juga”. “baiklah.” Jawab suaminya. “Mudah-mudahan karena itu Tuhan akan memberi berkah kepada kita”.
          Halimatu Sa’diah kemudian mengambil Muhammad, dan betapa bahagianya ia karena ia melihat cahaya yang terpancar dari wajah bayi tersebut dan tak lama hujanpun turun setelah kemarau yang berkepanjangan. Halimahtu sa’dia membawanya pergi bersama-sama denga teman-temannya di pedalaman. Dia bercerita, bahwa sejak mengambil anak itu ia merasa mendapat berkah. Ternak kambingnya gemuk-gemuk dan air susunya pun bertambah.
          Sesudah lima tahin kemudian Muhammad dikembalikan kepada ibunya. Kemudian Abdul Muttalib yang bertindak mengasuh cucunya itu. Ia menjaganya dengan sungguh-sungguh dan mencurahkan kasih sayangnya kepada cucunya itu.
          Suatu ketika Aminah kemudian membawa anaknya yang berumur enam tahun itu ke Madinah (yasrib) untuk diperkenalkan kepada saudara-saudara kakeknya dari pihak keluarga Najjar. Setelah satu bulan mereka tinggal di Madinah, Aminah sudah bersiap-siap akan pulang.  Ia dan rombongan kembali pulang dengan dua ekor unta yang membawa mereka dari Mekah. Tetapi ditengah perjalanan, ketika mereka sampai di Abwa’ , Ibunda Aminah menderita sakit, yang kemudian meninggal dan dikuburkan di tempat itu. Betapa pilunya hati Muhammad tubuh yang masih kecil kini di biarkan memikul beban hidup yang berat, sebagai yatim piatu.
          Hati Muhammad bertambah pilu ketika ia berumur delapan tahun, kakeknya Abdul Muttalib meninggal dunia dalam usia delapan puluh tahun. Begitu sedihnya dia sehingga selalu menangis sambil mengantar keranda jenazah sampai ke tempat peraduan terakhir.
          Pengasuhan Muhammad dipegang oleh Abu Talib. Budi pekerti Muhammad yang luhur, cerdas, suka berbakti dan baik hati, itulah yang menarik hati pamannya. Suatu ketika pamannya ingin membawa barang dagangan ke Syam. Saat itu Muhammad berumur 13 tahun. Muhammad menawarkan diri untuk menemani  pamannya. Muhammad turut serta dalam robongan kafilah, sehingga sampai di Busra di selatan Syam. Di tengah perjalanan rombongan kafilah tersebut beristirahat ada seorang rahib Buhairah memperhatiakan rombongan tersebut dan merasa heran karena ada segumpal awan keci yang melindungi rombonga tersebut. Dan dia terus memperhatikan dan didapatinya ternya awan itu melindungi seorang remaja di rombongan tersebut. Rahib itu pun mendatangi rombongan itu, dan berbicara kepada Abu Talib. Rahib itu berkata “Keponakan anda merupakan hal yang besar dan berbahaya anda harus anda harus kembali ke negeri hijjas, saya mengenalinya. Saya telah menyaksikan cahaya yang bersinar dari wajahnya dan saya telah mendengar saya seorang nasrani dan beriman kepada Allah, sungguh telah ku baca dalam kitab suci kami bahwa akan datang seorang nabi setelah nabi kami Isa Alaisalam. Pergilah sekarang juga, bawa keponakanmu pergi saya kahwatir jika orang yahudi mengetahuinya pasti akan membunuhnya. Maka kembalilah rombongan mereka ke Mekah.