Sabtu, 06 Desember 2014

Kisah Syahidnya Sayyidina Anas bin Nadhar Radhiyallahu ‘anhu



            Sayyidina Anas bin Nadhar Radhiyallahu ‘anhu adalah seorang sahabat Baginda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam yang tidak bisa menyertai perang Badar. Ia sangat menyesal dan sering mencelad dirinya sendiri, “ini peperangan besar pertama dalam sejarah islam, dan kamu tidak bisa ikut?” keinginan dia adalah, “jika ada peperangan lagi, aku akan berkorban habis-habisan sebagai tebusannya.” Ternyata kesempatan itu datang pada Perang Uhud. Ia turut serta sebagai pejuang yang gagah berani.
            Pada mulanya Kaum Muslimin telah mendapat kemenangan dalam perang tersebut. Namun, karena suatu kekhilafan, Kaum Muslimin menderita kekalahan pada akhir perang. Kekhilafan itu bermula dari beberapa orang sahabat Radhiyallahu ‘anhu yang ditugaskan oleh Baginda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menjaga di suatu tempat yang khusus. Baginda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam berpesan, “Sebelum ada perintah dari aku, jangan tinggalkan tempat ini! Musuh dapat menyerang dari sini.”
            Ketika permulaan perang, Kaum Muslimin memperoleh kemenangan. Melihat orang-orang kafir melarikan diri, para sahabat Radhiyallahu ‘anhu yang ditugaskan menjaga tempat itu, meninggalkan tempatnya. Mereka beranggapan bahwa peperangan telah selesai, sehingga orang-orang kafir harus dikejar dan harta rampasan dapat dikumpulkan. Sebenarnya pimpinan pasukan penjaga ini sudah melarang dan mengingatkan pesan Baginda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Kalian jangan meninggalkan tempat ini!” Akan tetapi, mereka menduga perintah Baginda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam itu hanya berlaku ketika perang berlangsung. Oleh karena itu, merekapun turun dari sana.
            Saat itulah pasukan kafir yang sedang melarikan diri itu melihat tempat itu telah kosong. Mereka segera kembali dan menyerang Kaum Muslimin dari arah sana. Hal ini sama sekali tidak diduga oleh Kaum Muslimin, sehingga mereka terdesak karena serangan tiba-tiba itu dan terjepit di antara dua kepungan orang-orang kafir. Karena itulah mereka berhamburan kesana-kemari dalam keadaan panik.
            Sayyidina Anas bin Nadhar Radhiyallahu ‘anhu melihat Sayyidina Sa’ad bin Mu’adz Radhiyallahu ‘anhu datang dari arah depan. Sayyidina Anas Radhiyallahu ‘anhu berkata, “Hai Sa’ad, mau ke mana engkau? Demi Allah, aku mencium bau surga datang dari arah Uhud!” Setelah berkata demikian, ia mengacungkan pedang di tangannya dan merangsek ke tengah kaum kafir, denga bertekat tidak akan kembali sebelum syahid. Selepas kesyahidannya, tubuhnya diperiksa sudah rusak. Terdapat lebih delapan puluh luka akibat tebasan pedang dan panah ditubuhnya. Hanya saudara wanitanya yang dapat mengenalinya melalui ujung jari-jari tanganya.

Faidah
            Orang yang ikhlas dan bersungguh-sungguh menunaikan perintah Allah Subhaanahu Wata’ala, ketika di dunia pun Allah Subhaanahu Wata’ala memberinya kesempatan untuk merasakan nikmatnya surga. Inilah kisah Sayyidina Anas bin Nadhar Radhiyallahu ‘anhu yang telah mencium harum surga saat masih hidup. Jika keikhlasan sudah tertanam pada diri seseorang nikmat surga itu pun akan dirasakan di dunia.
Sumber: Kitab Fadillah Amal (Syaikhul Hadits Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi Rah.a)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar