Pada tahun 2009
aku duduk dibangku kelas XII IPS 2, pada saat inilah aku mulai menggunakan
jilbab. Tapi aku menggunakan jilbab hanya pada saat sekolah saja, jika diluar
sekolah aku masih menggunakan pakaian yang terbuka. Bagiku saat itu jilbab
hanyalah tutup kepala yang bisa dimainkan sesuka hati. Toh saat itu aku merasa
memakai jilbab hanya untuk memenuhi janjiku kepada Allah (jika masih juara umum dan juara 1 aku akan berjilbab).
Ada hal yang lebih
gila lagi yang aku lakukan terhadap jilbabku. Tahun 2010 saat pengumuman
kelulusan, Alhamdulillah aku lulus. Ntah setan apa yang merasuki ku sehingga
pada saat aku meluahkan kegembiraanku bersama teman-temanku, aku dengan
bangganya melepas jilbab yang ku kenakan di depan semua orang yang berada
disekitarku saat itu.
Aku melanjutkan
pendidikanku di STKIP PGRI Pontianak. Aku telah membuka jilbabku, entah mengapa
aku paling benci yang namanya berjilbab, banyak alasan yang ku utarakan jika ada orang yang menanyakan mengapa aku
tidak berjilbab?. Tanggal 18 Mei 2010 hari dimana aku mendaftar di STKIP, aku
menjalani 2 tes yaitu tes tertulisdan tes wawancara. Tes yang paling berkesan
adalah tes wawancara karena aku disuruh menggunakan jilbab lagi jika lulus di
STKIP .
Kronologi kejadian
tes wawancara
Pada hari itu aku menggunakan celana hitam,
kemeja putik lengan pendek, dan rambut diikat satu tanpa poni. Namaku
dipanggil!
“Esa Rizki pangestika” panggil ibu itu
akupun masuk dengan muka menunduk, dan tetap
menjaga kesopananku. Akupun dipersilahkan duduk, aku duduk dengan perasaan yang
bercampur aduk antara takut dan gugup.
“benar kamu yang difoto?” tanya ibu itu
“iya bu’, itu saya” jawabku gugup
“kok difoto ini kamu berjilbab, mengapa kamu
lepas jilbabnya?”
“itu foto saya saat SMA bu’?”
Akupun mulai dites dengan berbagaimacam
pertanyaan, dan sempat diceramahi kurang lebih selama 10 menit. Huft akhirnya
selesai juga, akan tetapi sebelum aku beranjak dari tempat dudukku, ibu itu
berkata.
“saya ingin, jika kamu lulus kamu harus
menggunakan jilbab!”
“iya bu’.” Jawabku spotan
Akupun keluar dari ruangan itu, dan berjalan
menuju pulang. Di perjalanan aku terus memikirkan perkataan ibu itu, aku
berharap dalam hati semoga ibu itu bukan dosen matematika.
Setelah aku
dikatakan lulus, aku mengikuti matrikulasi prodi matematika. Aku terkejut,
ternyata ibu yang ku jumpai pada tes wawancara itu dosen matematika, namanya bu
Fadilah. Dalam hati aku berkata (tamat
riwayatku).
Karena aku telah
lulus di STKIP, untuk memenuhi permintaan bu Fadilah, yah terpaksa dibulan
ketiga aku kuliah, aku beranikan diri menggunakan jilbab. Tapi hanya pada saat
kuliah aja aku pakek jilbab, kalau diluar tetap jilbabnya aku lepas.
Walaupun tingkahlaku
dan pakaianku masih kurang baik tapi aku ikut mentoring loh (terpaksa karena
WAJIB). Setelah mentoring aku ikut Liqo’,yah itu Cuma ikut-ikutan teman aja.
Tak terasa sudah
semester 3, pada semester ini aku dipaksa ikut PDKT 1 disingkawang. Lagi-lagi
terpaksa terpaksa terpaksa. Tapi Subhanallah setelah kegiatan itu aku berubah,
walaupun masih sering membuka aurat akan tetapi tak separah dulu. Seminggu setelah
kegiatan itu aku beranikan diri untuk kontinu menggunakan jilbab setiap hari,
tapi sesekali sering juga ku buka,hihihihi.
Pada saat smester
4 aku nekat menggunakan jilbab panjang, aku berdiri didepan cermin. Aku menggunakan
jilbab tebal panjang sambil bergumam didalam hati (ya Allah, Jika ini akan menjadi identitasku untuk hari nanti,aku ikhlas
ya Allah.Bismillah), tidak bisa menahan perasaan sedih, akhirnya nangis
deh. Aku ingin berterimakasih kepada kak Hanny,karena dia selalu membimbingku,
dan membantuku dalam perubahan yang ku lakukan.
Semester 5 aku
tetap menjaga jilbabku sampailah disemester 6, dan sekarang aku semester 7. Alhamdulillah
sekarang aku bersyukur telah bisa menutup auratku dengan benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar