Assalamualaikum,Wr.Wb
“PACARAN”
Memang kalau berbicara tentang pacaran
tu gak ada ujung – ujungnya, semakin hari aja peminat hubungan “pacaran” semakin banyak. Gak heran kalau
sekarang kita susah membedakan mana yang pacaran dan yang menikah. Bahkan ni ya
guys yang lebih mesra tu pasangan yang sedang pacaran. Karena terlalu mesra,
saat berjalan berduaan aja pegangan tangan takutnya sang pacar di ambil orang
hihihi, terus saat pakek motor peluk – pelukan,wah jadi ingat masa lalu, tapi
duluu insya Allah sekarang ndak lagi soalnya lagi jomlo ni, joker (jomlo keren)
etsz jadi curhat pula, tapi jujur enakan sekarang gak ada lagituh istilah patah
hati or lain - lainnya. Kembali ke topik persoalan, tidak sedikit para remaja
terutama pelajar dan mahasiswa salah mengartikan istilah cinta. Memang kalau
cinta harus pacaran? Ngapa gak di lamar aja guys??. Kan lebih real, ikatannya
juga jelas. Takut biayain keluarganya ntar, ya makanya kerja! Hehehe.
Perlu
kalian tahu loh pacaran itu sebenarnya bukan bahasa hukum, coz pengertian dan
batasannya tidak sama buat setiap orang, tol tak??. Dan sangat mungkin berbeda
dalam setiap budaya. O iya kemarin aku ada baca buku judulnya “Tuhan Izinkan
Aku Pacaran”, aku kira di dalam isi buku itu benar – benar boleh menjalin
hubungan pacaran. Em boleh sih, tapi ada syaratnya. Mau tahu syaratnyaa?? Kasi
tahu gak yaaaaa?? Iya dikasi tahu deh.
Syarat – Syarat boleh pacaran :
1.
Tidak
boleh ketemuan
2.
Tidak
boleh pegangan tangan
3.
Tidak
boleh telfonan,facebookan,twiteran,SMSan
4.
Tidak
boleh tatap muka
5.
Tidak
boleh berduaan
6.
Tidak
boleh pacaran di bumi Allah
7.
Dan
yang paling penting tidak boleh ketahuan sama Allah
8.
Dan
lain – lain
Kalu persyaratan tadi dapat di penuhi,
nah silahkan anda pacaran. Hahaha, syarat yang aneh, tapi ya begitulah adanya.
Sebenarnya pacaran tuh apa sih aku aja
bingung, yuk sama – sama kita telusuri.
A.
Tujuan
pacaran
Ada beragam tujuan orang berpacaran. Ada yang sekedar iseng, atau mencari
teman bicara, atau lebih jauh untuk tempat mencurahkan isi hati. Dan bahkan ada
juga yang memang menjadikan masa pacaran sebagai masa perkenalan dan penjajakan
dalam menempuh jenjang pernikahan. Namun tidak semua
bentuk pacaran itu bertujuan kepada jenjang pernikahan. Banyak diantara pemuda
dan pemudi yang lebih terdorong oleh rasa ketertarikan semata, sebab dari sisi
kedewasaan, usia, kemampuan finansial dan persiapan lainnya dalam membentuk
rumah tangga, mereka sangat belum siap. Secara lebih
khusus, ada yang menganggap bahwa masa pacaran itu sebagai masa penjajakan,
media perkenalan sisi yang lebih dalam serta mencari kecocokan antar keduanya.
Semua itu dilakukan karena nantinya mereka akan membentuk rumah tangga. Dengan
tujuan itu, sebagian norma di tengah masyarakat membolehkan pacaran. Paling
tidak dengan cara membiarkan pasangan yang sedang pacaran itu melakukan
aktifitasnya.
Maka istilah apel malam minggu menjadi fenomena yang
wajar dan dianggap sebagai bagian dari aktifitas yang normal.
B.
Apa Yang Dilakukan Saat Pacaran ?
Lepas dari tujuan, secara umum pada saat berpacaran banyak terjadi hal-hal
yang diluar dugaan. Bahkan beberapa penelitian menyebutkan bahwa aktifitas
pacaran pelajar dan mahasiswa sekarang ini cenderung sampai kepada level yang
sangat jauh. Bukan sekedar kencan, jalan-jalan dan berduaan, tetapi data
menunjukkan bahwa ciuman, rabaan anggota tubuh dan bersetubuh secara langsung
sudah merupakan hal yang biasa terjadi. Sehingga kita juga
sering mendengar istilah “chek-in”, yang awalnya adalah istilah dalam dunia
perhotelan untuk menginap. Namun tidak sedikit hotel yang pada hari ini berali
berfungsi sebagai tempat untuk berzina pasangan pelajar dan mahasiswa, juga
pasanga-pasangan tidak syah lainnya. Bahkan hal ini sudah menjadi bagian dari
lahan pemasukan tersendiri buat beberapa hotel dengan memberi kesempatan
chek-in secara short time, yaitu kamar yang disewakan secara jam-jaman untuk
ruangan berzina bagi para pasangan di luar nikah. Pihak pengelola hotel sama sekali tidak mempedulikan apakah pasangan yang
melakukan chek-in itu suami istri atau bulan, sebab hal itu dianggap sebagai
hak asasi setiap orang. Selain di hotel, aktifitas percumbuan
dan hubungan seksual di luar nikah juga sering dilakukan di dalam rumah
sendiri, yaitu memanfaatkan kesibukan kedua orang tua. Maka para pelajar dan
mahasiswa bisa lebih bebas melakukan hubungan seksual di luar nikah di dalam
rumah mereka sendiri tanpa kecurigaan, pengawasan dan perhatian dari anggota
keluarga lainnya.
Data menunjukkan bahwa seks di luar nikah itu sudah
dilakukan bukan hanya oleh pasangan mahasiswa dan orang dewasa, namun anak-anak
pelajar menengah atas (SLTA) dan menengah pertama (SLTP) juga terbiasa
melakukannya. Pola budaya yang permisif (serba boleh) telah menjadikan hubungan
pacaran sebagai legalisasi kesempatan berzina. Dan terbukti dengan maraknya
kasus `hamil di luar nikah` dan aborsi ilegal. Fakta dan data lebih jujur berbicara kepada kita ketimbang apologi. Maka
jelaslah bahwa praktek pacaran pelajar dan mahasiswa sangat rentan dengan
perilaku zina yang oleh sistem hukum di negeri ini sama sekali tidak dilarang.
Sebab buat sistem hukum sekuluer warisan penjajah, zina adalah hak asasi yang
harus dilindungi. Sepasang pelajar atau mahasiswa yang berzina, tidak bisa
dituntut secara hukum. Bahkan bila seks bebas itu menghasilkan hukuman dari
Allah berupa AIDS, para pelakunya justru akan diberi simpati.
C. Pacaran Dalam
Pandangan Islam
a. Islam Mengakui
Rasa Cinta
Islam mengakui adanya rasa cinta yang ada dalam diri manusia. Ketika
seseorang memiliki rasa cinta, maka hal itu adalah anugerah Yang Kuasa.
Termasuk rasa cinta kepada wanita (lawan jenis) dan lain-lainnya.
“Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada apa-apa
yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis
emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.”(QS. Ali Imran :14).
Khusus kepada wanita, Islam menganjurkan untuk mewujudkan rasa cinta itu
dengan perlakuan yang baik, bijaksana, jujur, ramah dan yang paling penting
dari semua itu adalah penuh dengan tanggung-jawab. Sehingga bila seseorang
mencintai wanita, maka menjadi kewajibannya untuk memperlakukannya dengan cara
yang paling baik.
Rasulullah SAW bersabda,`Orang yang paling baik diantara
kamu adalah orang yang paling baik terhadap pasangannya (istrinya). Dan aku
adalah orang yang paling baik terhadap istriku`.
b. Cinta Kepada
Lain Jenis Hanya Ada Dalam Wujud Ikatan Formal
Namun dalam konsep Islam, cinta kepada lain jenis itu hanya dibenarkan
manakala ikatan di antara mereka berdua sudah jelas. Sebelum adanya ikatan itu,
maka pada hakikatnya bukan sebuah cinta, melainkan nafsu syahwat dan
ketertarikan sesaat. Sebab cinta dalam pandangan Islam
adalah sebuah tanggung jawab yang tidak mungkin sekedar diucapkan atau
digoreskan di atas kertas surat cinta belaka. Atau janji muluk-muluk lewat SMS,
chatting dan sejenisnya. Tapi cinta sejati haruslah berbentuk ikrar dan
pernyataan tanggung-jawab yang disaksikan oleh orang banyak. Bahkan lebih `keren`nya, ucapan janji itu tidaklah ditujukan kepada
pasangan, melainkan kepada ayah kandung wanita itu. Maka seorang laki-laki yang
bertanggung-jawab akan berikrar dan melakukan ikatan untuk menjadikan wanita
itu sebagai orang yang menjadi pendamping hidupnya, mencukupi seluruh kebutuhan
hidupnya dan menjadi “pelindung” dan “pengayomnya”. Bahkan “mengambil alih” kepemimpinannya dari bahu sang ayah ke atas bahunya. Dengan ikatan itu, jadilah seorang laki-laki itu “laki-laki sejati”. Karena dia telah menjadi suami dari seorang wanita. Dan hanya ikatan
inilah yang bisa memastikan apakah seorang laki-laki itu betul serorang
gentlemen atau sekedar kelas laki-laki iseng tanpa nyali. Beraninya hanya
menikmati sensasi seksual, tapi tidak siap menjadi “the real man”.
Dalam Islam, hanya hubungan suami istri sajalah yang membolehkan terjadinya
kontak-kontak yang mengarah kepada birahi. Baik itu sentuhan, pegangan, cium
dan juga seks. Sedangkan di luar nikah, Islam tidak pernah membenarkan semua
itu. Akhlaq ini sebenarnya bukan hanya monopoli agama Islam saja, tapi hampir
semua agama mengharamkan perzinaan. Apalagi agama Kristen yang dulunya adalah
agama Islam juga, namun karena terjadi penyimpangan besar sampai masalah sendi
yang paling pokok, akhirnya tidak pernah terdengar kejelasan agama ini
mengharamkan zina dan perbuatan yang menyerampet kesana. Sedangkan pemandangan yang kita lihat dimana ada orang Islam yang melakukan
praktek pacaran dengan pegang-pegangan, ini menunjukkan bahwa umumnya manusia
memang telah terlalu jauh dari agama. Karena praktek itu bukan hanya terjadi
pada masyarakat Islam yang nota bene masih sangat kental dengan keaslian
agamanya, tapi masyakat dunia ini memang benar-benar telah dilanda degradasi
agama.
Barat yang mayoritas nasrani justru merupakan sumber dari
hedonisme dan permisifisme ini. Sehingga kalau pemandangan buruk itu terjadi
juga pada sebagian pemuda-pemudi Islam, tentu kita tidak melihat dari satu
sudut pandang saja. Tapi lihatlah bahwa kemerosotan moral ini juga terjadi pada
agama lain, bahkan justru lebih parah.
c. Pacaran Bukan
Cinta
Melihat
kecenderungan aktifitas pasangan muda yang berpacaran, sesungguhnya sangat
sulit untuk mengatakan bahwa pacaran itu adalah media untuk saling mencinta
satu sama lain. Sebab sebuah cinta sejati tidak berbentuk sebuah perkenalan
singkat, misalnya dengan bertemu di suatu kesempatan tertentu lalu saling
bertelepon, tukar menukar SMS, chatting dan diteruskan dengan janji bertemu
langsung.
Semua bentuk aktifitas itu sebenarnya bukanlah aktifitas
cinta, sebab yang terjadi adalah kencan dan bersenang-senang. Sama sekali tidak
ada ikatan formal yang resmi dan diakui. Juga tidak ada ikatan tanggung-jawab
antara mereka. Bahkan tidak ada kepastian tentang kesetiaan dan seterusnya. Padahal cinta itu adalah memiliki, tanggung-jawab, ikatan syah dan sebuah
harga kesetiaan. Dalam format pacaran, semua instrumen itu tidak terdapat,
sehingga jelas sekali bahwa pacaran itu sangat berbeda dengan cinta.
d. Pacaran
Bukanlah Penjajakan / Perkenalan
Bahkan kalau pun
pacaran itu dianggap sebagai sarana untuk saling melakukan penjajakan, atau
perkenalan atau mencari titik temu antara kedua calon suami istri, bukanlah
anggapan yang benar. Sebab penjajagan itu tidak adil dan kurang memberikan
gambaran sesungguhnya atas data yang diperlukan dalam sebuah persiapan pernikahan. Dalam format mencari pasangan hidup, Islam telah memberikan panduan yang
jelas tentang apa saja yang perlu diperhitungkan. Misalnya sabda Rasulullah SAW
tentang 4 kriteria yang terkenal itu.
Dari Abi Hurairah
ra bahwa Rasulullah SAW berdabda,”Wanita itu dinikahi karena 4 hal : hartanya,keturunannya, kecantikannya dan agamanya. Maka perhatikanlah agamanya kamu
akan selamat.” (HR. Bukhari Kitabun Nikah Bab Al-Akfa` fiddin nomor 4700, Muslim
Kitabur-Radha` Bab Istihbabu Nikah zatid-diin nomor 2661)
Selain keempat kriteria itu, Islam membenarkan bila ketika seorang memilih
pasangan hidup untuk mengetahui hal-hal yang tersembunyi yang tidak mungkin
diceritakan langsung oleh yang bersangkutan. Maka dalam masalah ini, peran
orang tua atau pihak keluarga menjadi sangat penting. Inilah proses yang dikenal dalam Islam sebagai ta`aruf. Jauh lebih
bermanfaat dan objektif ketimbang kencan berduaan. Sebab kecenderungan pasangan
yang sedang kencan adalah menampilkan sisi-sisi terbaiknya saja. Terbukti
dengan mereka mengenakan pakaian yang terbaik, bermake-up, berparfum dan
mencari tempat-tempat yang indah dalam kencan. Padahal nantinya dalam berumah
tangga tidak lagi demikian kondisinya. Istri tidak selalu
dalam kondisi bermake-up, tidak setiap saat berbusana terbaik dan juga lebih
sering bertemu dengan suaminya dalam keadaan tanpa parfum dan acak-acakan.
Bahkan rumah yang mereka tempati itu bukanlah tempat-tempat indah mereka dulu
kunjungi sebelumnya. Setelah menikah mereka akan menjalani hari-hari biasa yang
kondisinya jauh dari suasana romantis saat pacaran. Maka kesan indah saat pacaran itu tidak akan ada terus menerus di dalam
kehidupan sehari-hari mereka. Dengan demikian, pacaran bukanlah sebuah
penjajakan yang jujur, sebaliknya bisa dikatakan sebuah penyesatan dan
pengelabuhan.
Dan tidak heran bila kita dapati pasangan yang cukup lama
berpacaran, namun segera mengurus perceraian belum lama setelah pernikahan
terjadi. Padahal mereka pacaran bertahun-tahun dan membina rumah tangga dalam
hitungan hari. Pacaran bukanlah perkenalan melainkan ajang kencan saja.
Sudah faham pacaran itu sebenarnya apa,
kalau difikir – fikir manfaat yang di dapat dari pacaran tu apa sih,? Memang
kita bisa menebak dia bakal jadi suami or istri kita.? .Ya tidak dapat di
pungkiri juga si pacaran itu menyenangkan, diperhatiin di panggil sayang tapi
dampak negatifnya juga membahayakan loh jadi fikir – fikir dulu deh kalau mau
menjalin hubungan pacaran tuh, hubungan pacaran tuh gak jelas loh guys kitanya
aja yang memperjelas dengan adegan saling mesra – mesraan tanpa ikatan yang
syah menurut islam.
Pacaran juga bisa buat Allah cemburu
loh, karena kita lebih sayang dengan apa yang di ciptakannya dibandingkan
dengan Penciptanya. Tidak sedikit loh orang yang pacaran tu lebih mengutamakan
pacarnya ketimbang keluarga,ortu,adik dan bahkan Tuhannya sendiri. Na’udzubillah.
JANGAN pernah berfikir bahwa cemburu hanya milik
manusia saja. Allah SWT pun memiliki sifat cemburu yang dahsyat kekuatan-Nya
dari pada kita. Lebih tegas dari nyali kita, karena kecemburuan Allah. Dia
mengharamkan segala jenis perbuatan yang sifatnya Merusakkan dan Mengejikan. Ketahuilah, Dia akan sangat cemburu saat
kita menghadirkan hal-hal selain-Nya sebagai penanding cinta dalam cinta-Nya.
Jadilah kerapuhan yang sangat bagi orang-orang yang tidak mengambil sekaligus menjadikan Allah
sebagai habib terkasihnya. Yang lebih memiriskan lagi, ia bisikkan cinta, lalu
memanipulasikan sendiri dengan segala kata cinta yang tersimpul dalam bingkai
maksiat, Na’udzubillah .
Nah sekarang gimana?? Hayooo masih mau pacaran, ingat loh kasihsayang
manusia itu di ibaratkan hanya setitis air, sedangkan kasih sayang Allah tu
sebanyak air di lautan. So kalau kasihsayang yang setitis itu hilang,kasihsayang
yang selautan itu masih bisa kita dapati ya dengan cara kembali kepada Allah
dan taubat. Allah maha pengampun juga loh. Allah itu sempurna, selain
penyayang, pengampun Dia juga perhatian buktinya dia selalu ada di dekat kita,
kitanya aja yang selalu melupakan-Nya.
AWAS
Saat bunga-bunga cinta itu berguguran, WASPADALAH!
- Hindarkan menebak siapapun sebagai jodoh
- Hindarkan menarget siapapun menjadi jodoh
- Tetap berikhtiar melalui pihak ketiga yang dapat dipercaya
- Bercita-citalah tapi tetap yakin kepada Allah
- Carilah teman yang membuat mu bahagia dan melupan si dia
- Katakan Kamu banyak kekurangannya
- Akhi , Engkau memang saleh tetapi...
- Ada Allah tempat dimana engkau mengadu
Wassalamualaikum,Wr.Wb